Autobiografi masuk Universitas Pendidikan Ganesha
Autobiografi
ini saya buat terkait pengalaman saya masuk ke undiksha yang dapat saya
katakan mengalami lika liku yang sangat rumit. Ini hanya kata bathin saya, saya
pun tidak tau apakah ini termasuk autobiografi inspiratif atau tidak.
Tinggal
di desa dencarik , ya masih bisa
dikatakan jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan kota singaraja khusunya,apalagi
saya tinggal di daerah dencarik kubu lingkungan sekitarnya dihiasi dengan
pemandangan persawahan adalah gambaran singkat tentang tempat tinggalku di Desa
Dencarik, Kec. Banjar, kab. buleleng
Kadek ari saputra, itulah namaku. Nama yang begitu berarti
bagiku dengan diakhiri kata saputra (suputra=baik). aKu berasal dari keluarga
yang sederhana tapi memegang teguh pendidikan ayahku tamtan sma dan ibuku
tamatan smp, masih mending dari tetanga-tetangaku di sekitarnya. Sejak kecil
saya di tempah untuk mempunyai rasa malu, sehingga sekarang saya menjadi pemalu
berat. Kehidupanku tidaklah mudah, mental saya mudah sekali down saat
berhadapan dengan para wanita, tidak seperti fisik saya yang tinggi.
Saat pulang sekolah, ketika teman sebayaku asyik bermain,
berkumpul-kumpul, namun hal yang sedikit berbeda yang ku lakukan
adalah aku hanya berdiam diri di rumah.
Dan juga masih jelas terekam dalam kepalaku, aku menjalani hari-hariku
dengan penuh kesepian. Kadang saya gunakan untuk membantu orang tua, meskipun
tren di lingkungan saya anak-anak seumuran saya sering malas untuk membantu
orang tua, kecuali bagi anak-anak yang cewek.
Saat
akan berencana masuk SMA, saya memiliki pilihan yang beragam untuk memilih
sekolah. Saya memiliki sifat yang plin plan untuk menentukan sesuatu, dengan
harapan hal yang saya pilih akan menjadi yang terbaik nantinya. Terbaik dalam
artian memperoleh kemudahan dalam memperoleh pendidikan,, Namun, saya akhirnya
memilih sma n 2 banjar sebagai pilihan mengingat teman-teman saya banyak yang
menuju ke sana selain itu sistemnya yang juga tidak memakai seleksi. Sekolah
ini merupakan salah satu dari 2 sekolah sma yang ada di banjar. Karena sma 1
berada jauh di banyuseri sekolah ini menjadi ramai dipilih tamatan smp dari
desa2 sekitarnya seperti desa dencarik, banjar, desa, cempaga tigawasa, pedawa,
banjar tegeha dan daerah2lainnya. Tidak heran jika sekolah ini menjadi tempat
bercampurnya budaya2 lokal seperti bali aga dengan siswa2 dari lingkungan
sekitarnya. Sehingga tidak jarang karena pemahaman yang berbeda sering terjadi
perkelahian Karen masa muda masa yang penuh dengan ego.
Bisa dibilang pada masa sma merupakan
masa yang dibilang cukup manis namun juga cukup pahit bagi saya. Awalnya sya
meraih peringkat satu umum di sekolah namun semester selanjutnya saya tidak
dapat mempertahankan prestasi saya hal itu dikarenakan system belajar yang
tidak saya sukai. Saat saya meraih peringkat pertama, system belajar yang
diterapkan adalah system belajar individu, saat itu guru masih sering
menerangkan di depan kelas. Namun saat semester berikutnya system pembelajaran
mulai berubah dimana siswa yang lebih aktif, hanya siswa2 yang pandai bicara
lah yang maju, sedangkan siswa yang pendiam seperti saya menjadi tidak berdaya.
Puncaknya adalah kelas 3 selama saya belajar untuk pertama kalinya saya keluar
dari 10 besar yaitu peringkat 11. Namun saya tetap untuk berusaha, agar bisa
meraih cita2 ssesuai apa yang selalu orang tua saya harapkan.
Awalnya pada masa SMA saya
merencanakan jika tamat sma nanti saya akan mencari pekerjaan saja. Sebenarnya
itu bukan keinginan saya, tapi keinginan kedua orang tuaku. Padahal, aku
menginginkan sekolah yang setingi-tingginya, namun mengingat keadaan ekonomi
keluarga saya yang tidak bagus, orang tua saya terpaksa untuk melanjutkan
pendidikanku sampai sma saja. Namun, seiring berjalannya waktu aku terus
memantau informasi tentang pendaftaran mahasiswa baru di undiksha. Melihat
semangatku yang ingin bersekolah, ibuku
akhirnya luluh dan ingin berusaha sekuat tenaga untuk membiayai masuk ke
perguruan tinggi. Namun, tidak dengan ayahku. Ayahku bersikeras bahwa dia dan
ibu tidak akan mampu membiayai aku. Hal itu memang benar mengingat ayah dan
ibuku hanya bekerja sebagai buruh tani. Di tengah suasane ekonomi keluarga kami
yang tidak menentu muncul kakak saya yang ingin membantu saya dalam mengurusi
keuangan masuk perguruan tinggi. Sehingga kubulatkan tekadku untuk masuk ke
undiksha, aku cari informasi-informasi mengenai seleksi masuk undiksha. Namun,
jalur snmptn sebagai jalur pertama penerimaan siswa baru undiksha tidak dapat
saya ikuti, karena sekolah saya tidak memfasilitasinya. Namun, saya tidak
menyerah saya mencari info untuk seleksi masuk melalui tes tulis. Dan akhirnya
saya bertemu dengan SBMPTN, hal-hal mengenai seleksi ini saya persiapkan baik2
termasuk belajar untuk menghadapinya. Bahkan sudah membayar ke bank sebagai
biaya pendaftaran. Namun, tepat 3 hari sebelum jalur sbmptn ditutup. Saya
mendapat info dari sekolah bahwa, sekolah melayani pendaftaran siswanya untuk
mendapatkan beasiswa bidik misi. Mengingat kondisi ekonomi keluarga saya yang
tidak baik, saya memutuskan untuk mengambilnya bidik misi tersebut. Untuk dapat
didaftarkan oleh sekolah, saya rela
setiap hari masuk sekolah untuk melengkapi pesiapan beasiswa bidik misi tersebut.
Saya yakin hanya dengan usaha yang keras saya dapat meraih apa yang saya
inginkan. Hingga saatnya tes tiba, dan sampai pada pengumuman hasil tes tulis
sbmptn. Hari itu merupakan hari yang paling menegangkan bagi saya. Apalagi
hasil pengumumannya dimajukan 1 minggu lebih awal. Membuat saya menjadi lebih
deg-degan. Saya nantikan jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik untuk
membuka halaman pengumuman pada pukul 6 sore. Saat penantianku berakhir sya
buka halaman web pengumuman sbmptn dan diminta untuk memasukkan kode peserta
dan tanggal lahir. Saya klik lihat dengan gemetar. Dan saya lihat selamat anda
diterima di universitas pendidikan ganesha jurusan akuntansi. Saya merasa
sangat bahagia dan langsung member tahu orang tua dan teman-temanku. Di samping
rasa yang senang karena sudah diterima di undiksha saya juga merasa gugup
karena akan menanggung beban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa. Karena saya
takut kalau saya akan membuat kesalahan. namunKu hanya ingin melakukan beberapa
hal sekarang ini, yaitu berusaha untuk membuat orang tuaku menjadi orang yang
sangat beruntung di dunia karena melahirkanku, dan membuat bibir manis kalian
terangkat, tersenyum bahagia dan bangga.
Di
tempat ini, ku yakin bisa jadi orang besar, I’ll never give up. Dan suatu hari
nanti ku akan membawa nama baik Indonesia ke kanca internasional. astungkare
The
last, my sister. That’s my story,
tetaplah bermimpi dan yakinilah bahwa dunia memihak bagi kalian yang berpegang
teguh pada prinsip. Uang bukanlah segala-galanya. Jangan pikir dari
golongan mana, ras apa, kasta, dan suku mana kalian berasal, tapi berusahalah
dengan sekuat tenaga dan dengan semangat pantang menyerah dijamin kalian akan
meraih hal yang diinginkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar